Tampilkan postingan dengan label INTUISI BISNIS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label INTUISI BISNIS. Tampilkan semua postingan

Bagaimana Memilih Bisnis Online Terbaik Jaman Pandemi Corona

| | 0 komentar

Bagaimana solusi berbisnis di saat pandemi corona ?
Sekilas kita bisa membahasnya di sini. Berbagai jenis usaha terkena imbasnya, terutama yang berhubungan dengan orang banyak secara langsung seperti bisnis konvensional. toko, supermarket, mall dan lain lain terkena dampaknya. Efek corona tidak hanya mempengaruhi perekonomian tetapi juga dunia pendidikan.
Bisnis yang terus menjadi kebutuhan utama selain semabako adalah bisnis perawatan kesehatan dan bisnis produk perawatan kecantikan. Karena wanita zaman sekarang sangat mengutamakan penampilan luar dan dalam. Peningkatan industri penjualan kosmetik skincare lebih dari 10% per tahun. Inilah peluang terbaik dalam menghasilkan penghasilan secara rutin kepada kita.

Bicara tentang affiliasi online, bukan hal baru di dunia internet marketing. Namun bisnis ini terus mengalami pembaharuan dan menjadi pilihan bisnis online terbaik. Tidak hanya menawarkan komisi dari setiap penjualan produk melalui link web replika bisnis, tetapi juga menjadi mitra perusahaan. Dengan keuntungan penjualan besar, komisi dari setiap penjualan group mitra juga point reward yang sangat fantastis. Inilah trend bisnis saat ini yang menjadi alasan orang bergabung di dalamnya. Anda tertarik ? Silakan kunjungi website Bisnis Kemitraan Wirausaha Mandiri. Semoga sukses !

Readmore..

TREND BISNIS KONVENSIONAL BERBASIS ONLINE DI INDONESIA

| | 0 komentar

Penjualan online menurut data terbaru dari Bank Indonesia tahun 2018, mencapai 77, 766 triliun rupiah. meningkat 151 persen dari tahun 2017. Ini pun baru berdasarkan dari data transaksi ecommerce toko toko online terbesar Indonesia.

Pertumbuhan penjualan berbasis online di Indonesia meningkat tajam tidak hanya dari placemarket atau toko online tetapi juga dari penjualan online melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram. Perkembangan terbaru di dunia gadget dan akses internet yang sangat baik mendukung pertumbuhan penjualan online.

Berdasarkan analisis penulis, peningkatan penjualan melalui online selain karena dukungan aplikasi media sosial, juga karena meningkatnya UKM dan bisnis kreatif di Indonesia. Banyak pengusaha dan enterpreuner baru lahir dari penjualan online di media sosial. Produsen mulai dari sekala kecil hingga menengah sangat aktif menawarkan produk produk yang bagus untuk dijadikan merek sendiri kepada perseorangan atau perusahaan start up. 

Dibalik pertumbuhan penjualan online yang meningkat pesat, muncul pula persaingan yang sangat tinggi. Karena kemudahan dan maraknya produk produk baru tersebut, maka berlaku hukum alam. Yang tidak punya pondasi yang kuat baik dari kualitas produk dan sistem pemasaran akhirnya tergusur. Yang memiliki sistem pemasaran dan promosi online yang handal terus berkembang.

Munculnya banyak bisnis penjualan online di Indonesia menguntungkan konsumen. harga menjadi sangat kompetitif. Pilihan masyarakat sangat beragam, terutama dari segi kualitas, manfaat dan harga. Hal inilah yang didukung oleh era pemerintahan Presiden Jokowi dengan membuat Kementrian Ekonomi Kreatif di kabinetnya. 

Bisnis penjualan langsung tersebut ada yang menggunakan sistem Multi Level Marketing ada pula Single Level Marketing. Untuk menarik banyak orang ikut menjadi mitra perusahaan, maka perusahaan semakin kreatif. Tidak hanya menawarkan keuntungan selisih harga penjualan tetapi juga memberikan hadiah atau penghargaan yang sangat menarik kepada mitranya yang memiliki omzet terbaik.

Inilah peluang bagi masyarakat yang bisa digunakan sebagai sumber penghasilan utama dan tambahan dengan modal relatif kecil. Tidak membutuhkan pengetahuan khusus untuk berjualan online atau mengikuti sebuah bisnis konvensional online, karena pada dasarnya penjualan online dan langsung/offline hanyalah perkara media penjualan dan metode saja.



Readmore..

Inikah Cara Belajar Usaha Sejak Dini ?

| | 7 komentar

Cara Belajar Bisnis di Usia Muda
Ketika saya promosikan aksesories Handphone di group media jejaring sosial Facebook, maka mulailah mengalir sms ke handphone saya yang bertanya tentang produk yang saya promosikan. Lebih banyak bertanya, namun ada juga yang langsung deal. Selain itu banyak yang bertanya lokasi, padahal informasi keberadaan saya sangat lengkap dan lokasi gudang penjualan pun sudah ada.

Pada saat saya posting tulisan ini pun sms pesanan baru saja datang khususnya yang saya tawarkan melalui Situs Jual Beli Online Indonesia Gratis yang banyak bertebaran di Internet. Pernah saya bahas juga manfaatnya beriklan di Situs Jual Beli Online tersebut. 


Yang menarik adalah seorang mahasiswi semester 3 sebuah universitas negeri di Mataram menjadi pelanggan pertama dari kalangan hawa. Apa yang menarik dari dirinya ? Apakah karena imut, cantik atau uang yang dibayarkan membuat saya senang ? Bukan itu..

Tapi pernyataannya ketika saya bertanya apakah dia terbiasa melakukan pembelian online atau penawaran sebuah produk/jasa dari internet. "Saya punya mata kuliah Kewirausahaan Mandiri di kampus dan mau tidak mau saya belajar secara nyata dan masuk di group jual beli online di Facebook", katanya. Menarik bukan ? Saya tidak tahu apakah ini sebuah mata kuliah utama atau tambahan yang jelas ini baru pertama kali saya dengar dari seorang mahasiswi yang terbilang usia muda.
Apapun alasannya, saya sangat mendukung keinginannya. Keterpaksaan ataupun inisiatif pribadi bukanlah hal yang penting. Yang penting adalah kemauan untuk melakukan tindakan mulai dari hal-hal kecil dan sederhana entah untuk keperluan pribadi atau untuk mencari keuntungan.
Posting terkait juga saya tulis melalui Cara Mewujudkan Ide agar menjadi nyata. Tidak harus bermodal besar, ataupun punya toko. Usaha pun bisa dimulai menjadi reseller memanfaatkan media brosur atau istilah kerennya dropship. 

Semakin dini memulai usaha, semakin banyak peluang sukses di kemudian hari. Karena pengalaman sangat menentukan dalam sebuah bisnis. Pendidikan yang diperoleh dari institusi formal bisa mendukung dan menjadi panduan untuk lebih kreatif dalam berbisnis. Bahkan ketika memberikan materi Kewirausahaan di sebuah SMK, saya pun menegaskan pada siswa bahwa yang menentukan sukses di bisnis bukanlah modal. Namun mental dan semangat untuk mau berbuat lebih dan berani menghadapi tantangan terlebih lagi kegagalan. Salam Sukses..!!


Readmore..

Pengertian Intuisi dari Pakar Entrepreuner

| | 2 komentar

Intuisi, jika ditelusuri dalam Bahasa latin adalah intueor atau intueri, yang berarti untuk merenungkan atau melihat(Zohar & Marshall 2000).
Penjelasan yang paling umum adalah intuisi merupakan kemampuan individu untuk mengakses dan menyimpan pengalaman dan pengetahuan mereka dalam pikiran bawah sadar. Myers (2002) menambahkan bahwa perilaku intuitif juga mencerminkan sejarah individu pribadi.
Dari disiplin psikologi Myers (2002) intuisi adalah dianggap sebagai sesuatu yang kita lakukan setiap menit setiap hari dan itu adalah hasil dari pikiran bawah sadar. Oleh karena itu, kemampuan saya untuk mengetik tulisan ini tanpa kesadaran dari setiap huruf akan dianggap sebagai perilaku intuitif.

McCraty (2004) menyampaikan bahwa intuisi merupakan penginderaan yang terjadi di luar alam kesadaran. Dengan menggunakan hasil dari bukti eksperimental, mereka menyimpulkan bahwa jantung dan sistem saraf otonom memberikan kontribusi pada perasaan yang terkait dengan intuisi.
Sementara intuisi dalam disiplin ilmu psikologis adalah berbasis kognitif yaitu perluasan dari pengambilan keputusan, McCraty 2004), sedangkan (Bradley 2006) dan (Radin 1997b) menganggap intuisi sebagai energi halus, sebuah fenomena paranormal.

Meskipun ada sejumlah pemahaman yang berbeda terhadap apa yang disebut intuisi adalah intuisi merupakan metode pembuatan keputusan yang bersifat holistik dan non-linier. Para sarjana merasa tidak nyaman dengan konseptualisasi ini karena samar-samar sifatnya. Sangat mungkin bahwa ini hasil dari sebuah asumsi yang melekat bahwa, pengetahuan lebih mudah dijabarkan dan berharga jika explisit atau mendetil dan terbuka untuk pikiran sadar dan introspeksi (Hodgkinson & Sadler-smith 2003). Mitchell (2005) dan di Myer (2002) berpendapat bahwa penggunaan intuisi adalah bermasalah karena ada penafsiran yang terlalu banyak tentang intuisi dan terlalu banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggunakannya, seperti lingkungan, otak, organisasi, pengalaman, pelatihan dan ketidakmampuan untuk mengakses informasi tersebut bila diperlukan.

Berikut ini merupakan diskusi tentang banyak definisi intuisi dalam literatur (Barnard 1938). Barnard (1938) adalah salah satu penulis paling awal di bidang ini. Dia tidak menganggap non-logis proses pengambilan keputusan sebagai hal yang ajaib dalam arti apapun, ia berpendapat bahwa intuisi didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman.

Readmore..

How To Brainstorming Help You Think Better

| | 1 komentar



How To Brainstorming Help You Think Better
Brainstorming is an essentialpart of good thinking, and it is also an essential part of coming to good decisions. 
How does brainstorming help you think better and make better decisions? 

First, it helps you get outgood ideas and information.

Second, it fosters creativity; it encourages people to see possibilities. Brainstorming causes you to stretch to not stop at the first thing that comes to your mind but to keep thinking.

Third, it encourages every-one in a group to participate.Fourth, brainstorming is fun, and causes us to get caught up with thinking in away that makes us want to think some more. Brainstorming is a part of many Exploring activities, like developing your year’s program of activities.

This how-to section offers some suggestions to helpmake brainstorming happen. We’ll look at some suggestions toapply to yourself, and at some guidelines to apply to a group brainstorming together.Individual Suggestions The following are some suggestions to help you get in the
mind-set to brainstorm.

• Relax. Let pictures freely come to your mind.

• Concentrate on what you’re brainstorming about. Try toget everything else off your mind and focus on the subject at hand.

•Don’t criticize or judge your own ideas internally. If you do, you’ll start hesitating and being too careful.

• Take creative risks; think in terms of no limits.

• Believe in and use your own experiences as a springboard for ideas. Each person has all the experiences he or she needs for brainstorming.

Group Guidelines Now you’re ready. The next step is to help create the right kind of environment for the group to brainstorm together. You contribute to this kind of environment when you

• Encourage as many ideas as possible.

• Don’t judge ideas (as good or bad) during brainstorming.

•Don’t look ahead to making decisions; stay totally in the brainstorming mind-set.

• Build on one another’s ideas.

• Encourage participation from everyone in the group.

•Don’t worry about the words you’re using to express an idea. Simply try to describe the picture you’re seeing.

•List the ideas that your group comes up with so that you don’t lose them. When you engage in brain-storming, think about the two words that make up this word.

Once you experience brain-storming, you’ll realize that it is like a storm in the brain. Ideas begin to flow that you never knew you had—and one idea breeds another idea, and that idea breeds yet another. Brainstorming often surprises people. It blows off the thoughts that lie on top and exposes ideas we are often unaware are inside of us.

Readmore..

Mendapatkan Ide Cemerlang Dengan Brainstorming

| | 1 komentar



Teknik Brainstorm Untuk Mendapatkan Ide Cemerlang
Saat ada permasalahan yang memerlukan solusi cemerlang atau saat kita merencanakan ide kegiatan yang menarik, teknik brainstorming sangat efektif digunakan. Namun, banyak yang kurang memahami point  penting yang   merupakan nilai  lebih  penggunaan metode brainstorming. Berikut ini aturan pokok cara dalam brainstorming.


1  | Ide Tanpa Batas
Dalam mengumpulkan ide-ide dari kelompok, semua pendapat diterima. Tak ada yang boleh mengkritik, menyanggah atau melewatkan satu ide pun. Segila apapun ide itu, entah logis atau tidak logis, semua diterima. Jangan biarkan satu orangpun ragu untuk mengungkapkan setiap   ide   yang   terlintas di kepala   mereka.   Siapa tahu   solusi   jitu   yang   dicari berawal dari
sebuah ide yang dianggap aneh atau tak masuk akal.


2  | Batasi Waktu
Waktu yang terbatas akan membuat pikiran bekerja lebih keras. Batasi proses brainstorming dengan singkat,sekitar 10 sampai 20 menit.   Pastikan   brainstorming   dimulai   dan   diakhiri tepat   waktu.   Singkatnya   waktu   juga   penting   untuk mengurangi   candaan   yang   tidak   perlu, meskipun   tidak dilarang. Karena ide cemerlang kadang   keluar   saat   kita mencari   ide   yang konyol untuk bercanda.


3  | CATAT
Yang tak boleh tertinggal dalam brainstorming adalah satu orang yang cukup cekatan untuk mencatat semuanya. Semua usulan yang masuk wajib dicatat. Lebih baik jika catatan dibuat dengan model    “mind   maping”    sehingga pada akhirnya mudah di riview  dan  diambil kesimpulan. Jangan   ragu   untuk mencatat dengan   alat   yang   paling   kamu   anggap   efektif. Misalnya white board, lembaran kertas kecil, notebook, atau bahkan merekamnya.


4  | Utamakan Kuantitas, Bukan Kualitas
Tujuan utama brainstorming adalah   mencari   ide   sebanyak mungkin.    Jangan   berhenti sejenak untuk melihat dan menilai ide-ide yang telah terkumpul. Prinsipnya, semakin banyak ide yang masuk, semakin besar kemungkinan salah satu dari ide-ide itu adalah solusi yang paling cemerlang.


5  | Gunakan Kedua Belah Otak
Orang   yang   sedang   berpikir   serius   biasanya   hanya menggunaka   otak   kiri.   Di   sisi   lain,   ide kreatif memerlukan   otak   kanan   kita.   Itulah   pentingnya   tak ada   larangan   untuk   bercanda, asal porsinya tak terlalu banyak. Cara mencatat ide yang terkumpul dengan pena berwarna dan format menarik juga merangsang kerja otak kanan kita.


6  | Have Fun
Sangat penting   membuat      suasana    saat   brainstorming     tetap   menyenangkan. Makanya seorang pemimpin diskusi harus mampu mengawali diskusi dengan sesuatu yang membuat suasana menyenangkan.


7  | Sekali lagi, JANGAN TERLEWATKAN
Seaneh apapun    ide  itu,  sekalipun   seperti   tak  ada hubungannya dengan masalah yang dibahas, jika memang  terlintas di  pikiran  jangan   sampai  tidak disampaikan.   Keragu-raguan untuk mengungkapkan ide yang terlintas akan beresiko membuat ide bagus terlewatkan.


Secara umum, prinsip  brainstorming seperti memilih mangga terbaik. Semakin banyak mangga dihadapan kita,  semakin besar kemungkinan  kita  menemukan mangga dengan kualitas   terbaik. Group   problem   solving   atau   menyelesaikan   masalah bersama-sama akan sangat efektif jika kita memperhatikan 7 aturan brainstorming di atas.


 sumber www.studyFUN.wordpress.com
                      

<

Readmore..

10 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi

| | 16 komentar


Daniel Goleman (Emotional Intelligence) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi jauh lebih berperan ketimbang IQ atau keahlian dalam menentukan siapa yang akan jadi bintang dalam suatu pekerjaan.

Lewat suatu penelitian pelik terhadap lebih dari 500 perusahaan, ia menyimpulkan bahwa - tidak seperti IQ - EQ dapat diperbaiki, dan kita semua punya potensi untuk melakukannya.

Bagaimana kita dapat meningkatkannya?

1. Membaca situasi
Dengan memperhatikan situasi sekitar Anda, Anda akan mengetahui apa yang harus dilakukan. 

2. Mendengarkan dan menyimak lawan bicara
Anda yang selalu merasa benar punya kecenderungan untuk tidak mendengarkan kata orang lain. Luangkan waktu untuk melakukannya, maka Anda akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.

3. Siap berkomunikasi
Jurus ini memang paling ampuh. Lakukan selalu komunikasi biar pun pada situasi sulit.

4. Tak usah takut ditolak
Ada kalanya orang ragu-ragu bertindak karena takut ditolak orang lain. Sebelum berinisiatif, sebenarnya Anda cuma punya 2 pilihan: diterima atau ditolak. Jadi, siapkan saja diri Anda.
Yang penting, usaha.

5. Mencoba berempati
EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang mampu berempati atau bisa mengerti situasi yang dihadapi orang lain. Caranya, apalagi kalau bukan mendengarkan dengan baik ?

6. Pandai memilih prioritas
Ini perlu supaya Anda bisa memilih pekerjaan apa yang mendesak, dan apa yang bisa ditunda.

7. Siap mental
Sikap mental tempe itu sudah ketinggalan zaman. Situasi apa pun yang akan dihadapi, Anda mesti menyiapkan mental sebelumnya. Ingat, tak ada kesukaran yang tak bisa ditangani.
Paling tidak, Anda sudah berusaha.

8. Ungkapkan lewat kata-kata
Bagaimana orang bisa membaca pikiran Anda kalau Anda diam seribu bahasa? Ungkapkan pikiran Anda lewat kata-kata yang jelas.

9. Bersikap rasional
Betul, kecerdasan emosi berhubungan dengan perasaan. Tapi, tetap memerlukan pola pikir yang rasional, apa lagi dalam pekerjaan.

10. Fokus
Konsentrasikan diri Anda pada suatu masalah yang perlu mendapat perhatian. Jangan memaksa diri melakukannya dalam 4-5 masalah secara bersamaan. Dua atau 3 mungkin masih bisa ditangani, tapi lebih dari itu, Anda bisa kehabisan energi.

(Source: Hannie, astaga.com)

Readmore..

Spiritual Intelligence & Leadership

| | 2 komentar

Spiritual dan Leadership
Research is finally validating what many of us knew all along – that there is more to great leaders than brains. What research is now validating is that great leaders need to use their hearts and souls, as well as their minds! But let’s begin at the beginning…

In 1905 Alfred Binet and Theodore Simon developed the first modern intelligence test. Since that time we have been debating what “intelligence” is, where it comes from, and how to develop it.

Our “Intelligence Quotient” or “IQ” is generally thought of as our linear, analytical intelligence. Initially it was expected that IQ would be a strong predictor of success in careers. In fact it has turned out to be a weak predictor of success. IQ appears to be related to minimum standards to enter a given a profession. But once you have chosen your career, what actually leads to success is far more complicated.

Daniel Goleman popularized the phrase “Emotional Intelligence” with the publication of his book by the same title in 1995. In his book, Goleman cites research at Bell Labs that examined star performers, and tried to determine what distinguished them from more average performers. It appeared that star performers had stronger relationship skills than average performers. Harvard Business Review published the results of the Bell Labs study in 1993. Business interest in the study of “Emotional Intelligence” or “EQ” began in earnest.

Conscientiousness Influence
Adaptability Communication
Achievement Orientation Leadership
Initiative Conflict Management

There is a fascinating relationship among these quadrants. Research is showing that EQ begins in the Self Awareness quadrant. The degree to which we are self-aware literally limits our ability to be aware of others, or to manage ourselves. The last skills to develop are our Social Skills, being dependent on the other 3 quadrants. Self-awareness is dependent on listening to feedback. So a willingness to truly hear others is a prerequisite for high EQ.

It is interesting that Socrates gave the advice “Know Thyself” approximately 2400 years ago. The historical Buddha (roughly 2500 years ago) made the study of the mind (profound self-knowledge) such an elevated practice that it became a major world religion.

So what is the link to Spiritual Intelligence? Dana Zohar, a quantum physicist, gave a lecture at the Science and Consciousness conference in Albuquerque, New Mexico in April 2001. She was working on a new book on Spiritual Intelligence (or “SQ”), and at that time listed 9 characteristics of SQ. The first of Zohar’s points directly echoes the first quadrant of EQ – Self Awareness but goes beyond it to a sense of connection to the universe.

Spiritual Intelligence, according to Zohar, is: 
1. Self-Awareness … you know who you really are and you know that you are connected with the whole universe.
2. Vision & Values Led – or Idealism. Children naturally want to serve, and so do we. Vision and values led is definitive of our humanity.
3. The Capacity to Face and USE Adversity…owning our mistakes and adversity and using pain and tragedy to learn
4. To be Holistic: seeing the connections between things. Being open to and interested in EVERYTHING.
5. Diversity…thriving in and celebrating diversity. I look at you and see what is different in you and I say “Thank God for that!”
6. Field Independence (Courage)…a term from psychology that means the courage not to adapt, to be independent.
7. The Tendency to Ask WHY? Questions are infinite. In Quantum Physics questions CREATE reality.
8. The Ability to Re-Frame…put things into a larger context of meaning.
9. Spontaneity. This is NOT acting on a whim…it comes from the same Latin roots as RESPONSE and RESPONSIBILITY. It is not conditioned by fear. It is appropriately “responsive to” the world

Jim Collins became famous in the world of business with the publication of his first book, “Built to Last: Successful Habits of Visionary Companies” 

(HarperCollins, 1994) co-authored with James Porras. In it they described their in-depth research and their conclusions regarding 18 companies that were unique in their reputation in their industry, their resilience through hard times and their financial success over 50+ years. The central conclusion: truly great companies are Visionary and Values driven. This directly echoes Dr. Zohar’s 2nd characteristic of SQ.

In his latest book, “Good to Great: Why Some Companies Make the Leap and Others Don’t,” (HarperCollins 2001) Jim Collins researched 11 companies who made the transition from being good companies to being “great” companies on par with the companies in “Built to Last”. A key finding was that each companyhad what he calls “Level 5 Leadership” (see www.jimcollins.com for more information). As I read about Level 5 leaders I realized that they seemed to demonstrate most or all of the characteristics described as “SQ” by Zohar. In addition, they showed a profound personal humility and a powerful faith that they and their company would prevail in the end, regardless of the difficulties.

Self-awareness and cultivating inner strength (or faith) has a solid grounding in all of the major spiritual traditions. Jesus went into the wilderness to meditate and to hear the voice of the infinite creator, as did Abraham, Moses and Mohammed. Buddhists and Hindus practice meditation for these purposes as well.

The implications for leadership are clear. High IQ doesn’t guarantee a good leader. High EQ has been correlated with success. But does it alone create greatness? Sustained and recognized greatness, even in the tough world of Corporate America, is obtained by something deeper. If a corporate leader is willing to deeply know herself and her place in the universe, she can reach the graduate school of SQ. With SQ comes the ultimate success – obtaining company success in such a way that customers, employees and society all benefit. And after creating a great company, the high SQ person sincerely deflects all praise onto the “wonderful people of this organization.”

What if EQ and SQ skills became part of the curriculum for all leaders? With solid analysis such as Jim Collins’ leading the way, perhaps that day will soon come.
Daniel Goleman, lecture given at September 1999 Emotional Intelligence Conference, Chicago, IL

Readmore..

Apakah Kecerdasan Spiritual Itu (Spiritual Intellegence )?

| | 7 komentar

Spiritual Quotient
Kecerdasan spiritual atau spiritual intelligence atau spiritual quotient (SQ) ialah suatu intelegensi atau suatu kecerdasan dimana kita berusaha menyelesaikan masalah-masalah hidup ini berdasarkan nilai-nilai spiritual atau agama yang diyakini. Kecerdasan spiritual ialah suatu kecerdasan di mana kita berusaha menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupan kita ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih bermakna. Kecerdasan spiritual merupakan dasar yang perlu untuk mendorong berfungsinya secara lebih efektif, baik Intelligence Quotient (IQ) maupun Emotional Intelligence (EI). Jadi, kecerdasan spiritual berkaitan dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. 
Sumber:Widodo Gunawan, tersedia dalam http://suaraagape.org/wawasan/Ei2.php.

Hasil Penelitian para psikolog USA menyimpulkan bahwa Kesuksesan dan Keberhasilan seseorang didalam menjalani Kehidupan sangat didukung oleh Kecerdasan Emosional (EQ – 80 %), sedangkan peranan Kecerdasan Intelektual (IQ) hanya 20 % saja. Dimana ternyata Pusatnya IQ dan EQ adalah Kecerdasan Spiritual (SQ), sehingga diyakini bahwa SQ yang menentukan Kesuksesan dan Keberhasilan Seseorang. Dalam hal ini IQ dan EQ akan bisa berfungsi secara Baik/Efektif jika dikendalikan oleh SQ.
Hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang paling dalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati tahu hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh Pikiran. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita belajar, menciptakan kerjasama, memimpin dan melayani. 

Hati Nurani akan menjadi pembimbing manusia terhadap apa yang harus ditempuh dan apa yang harus diperbuat, artinya setiap manusia sebenarnya telah memiliki sebuah Radar Hati sebagai pembimbingnya. Sebagaimana yang udiungkapkan JalaludinRumi : “Mata Hati punya kemampuan 70 kali lebih besar, untuk melihat kebenaran daripada dua indra penglihatan "

Pengertian SQ (Spiritual Quotient), Menurut Danah Zohar, kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Pandangan lain juga dikemukakan olehMuhammad Zuhri, bahwa SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.

Ternyata setelah disadari oleh manusia, bahagia sebagai sebuah perasaan subyektif lebih banyak ditentukan dengan rasa bermakna. Rasa bermakna bagi manusia lain, bagi alam, dan terutama bagi kekuatan besar yang disadari manusia yaitu Tuhan. Manusia mencari makna, inilah penjelasan mengapa dalam dalam keadaan pedih dan sengsara sebagian manusia masih tetap dapat tersenyum. Karena bahagia tercipta dari rasa bermakna, dan ini tidak identik dengan mencapai cita-cita.

Kecerdasan spiritual (Spiritual Intelligence). Ini adalah kecerdasan manusia dalam memberi makna. Perawat yang memiliki taraf kecerdasan spiritual tinggi mampu menjadi lebih bahagia dan menjalani hidup dibandigkan mereka yang taraf kecerdasan spiritualnya rendah. Dalam kondisi yang sangat buruk dan tidak diharapkan, kecerdasan spiritual mampu menuntun manusia untuk menemukan makna.

Manusia dapat memberi makna melalui berbagai macam keyakinan. Ada yang merasa hidupnya bermakna dengan menyelamatkan anjing laut. Ada yang merasa bermakna dengan membuat lukisan indah. Bahkan ada yang merasa mendapatkan makna hidup dengan menempuh bahaya bersusah payah mendaki puncak tertinggi
Everest di pegunungan Himalaya. 

Karena manusia dapat merasa memiliki makna dari berbagai hal, agama (religi) mengarahkan manusia untuk mencari makna dengan pandangan yang lebih jauh. Bermakna di hadapan Tuhan. Inilah makna sejati yang diarahkan oleh agama, karena sumber makna selain Tuhan tidaklah kekal.

Ada kesan yang salah bahwa, para orang sukses bukanlah orang yang relijius. Hal ini disebabkan pemberitaan tentang para koruptor, penipu, konglomerat rakus, yang memiliki kekayaan dengan jalan tidak halal. Karena orang-orang jahat ini 'tampak' kaya, maka sebagian publik mendapat gambaran bahwa orang kaya adalah orang jahat dan rakus, para penindas orang miskin. Sebenarnya sama saja, banyak orang miskin yang juga jahat dan rakus. Jahat dan rakus tidak ada hubungan dengan kaya atau miskin.
Para orang sukses sejati, yang mendapatkan kekayaan dengan jalan halal, ternyata banyak yang sangat relijius. Mereka menyumbangkan hartanya di jalan amal. Mereka mendirikan rumah sakit, panti asuhan, riset kanker, dan berbagai yayasan amal. Dan kebanyakan dari mereka menghindari publikasi. Berbagai studi menunjukkan bahwa para orang sukses sejati menyumbangkan minimal 10 persen dari pendapatan kotor
untuk kegiatan amal, bahkan saat dulu mereka masih miskin. Mereka menyadari bahwa kekayaan mereka hanyalah titipan dari Tuhan, 'silent partner' mereka.

Akhirnya melalui kecerdasan spiritual manusia mampu menciptakan makna untuk tujuan-tujuannya. Hasil dari kecerdasan aspirasi yang berupa cita-cita diberi makna oleh kecerdasan spiritual. Melalui kecerdasan spiritual pula manusia mampu tetap bahagia dalam perjalanan menuju teraihnya cita-cita. Kunci bahagia adalah Kecerdasan Spiritual. Kecerdasan spiritual (SQ) berkait dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ berperan memberi solusi intelektual-teknikal, EQ meratakan jalan membangun relasi sosial, SQ mempertanyakan apakah makna, tujuan,dan filsafat hidup seseorang.

Menurut Ian Marshall dan Danah Zohar, penulis buku SQ, The Ultimate Intelligence, tanpa disertai kedalaman spiritual, kepandaian (IQ) dan popularitas (EQ) seseorang tidak akan memberi ketenangan dan kebahagiaan hidup. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, berbagai pakar psikologi dan manajemen di Barat mulai menyadari betapa vitalnya aspek spiritualitas dalam karier seseorang, meski dalam menyampaikannya terkesan hati-hati. Yang fenomenal, tak kurang dari Stephen R Covey meluncurkan buku The 8th Habit (2004), padahal selama ini dia sudah menjadi ikon dari teori manajemen kelas dunia. Rupanya Covey sampai pada kesimpulan, kecerdasan intelektualitas dan emosionalitas tanpa bersumber spiritualitas akan kehabisan energi dan berbelok arah.

Di Indonesia, krisis kepercayaan terhadap intelektualitas kian menguat saat bangsa yang secara ekonomi amat kaya ini dikenal sebagai sarang koruptor dan miskin, padahal hampir semua yang menjadi menteri maupun birokrat memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Asumsi bahwa kesarjanaan dan intelektualitas akan mengantar masyarakat yang damai dan bermoral digugat Donald B Caine dalam buku: Batas Nalar, Rasionalitas dan Perilaku Manusia yang sedang dibicarakan banyak orang. Mengapa bangsa Jerman yang dikenal paling maju pendidikannya dan melahirkan banyak pemikir kelas dunia pernah dan bisa berbuat amat kejam? Pertanyaan serupa bisa dialamatkan kepada Inggris, Amerika Serikat, dan Israel.

APA CIRI ORANG YANG MEMILKI SPIRITUAL INTELLEGENCY.

Lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut Roberts A. Emmons, The Psychology of Ultimate Concerns: (1) kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material; (2) kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak; (3) kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari; (4) kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah; dan kemampuan untuk berbuat baik. 
Dua karakteristik yang pertama sering disebut sebagai komponen inti kecerdasan spiritual. perawat yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi fisikal dan material. Ia memasuki dunia spiritual. Ia mencapai kesadaran kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam semesta. Ia merasa bahwa alamnya tidak terbatas pada apa yang disaksikan dengan alat-alat indrianya. Sebagai contoh perawat menyampaikan doa-doa personalnya dalam salat malamnya, mendoakan kesembuhan luka kliennya, memuali tindakan dengan bismillah, mengisi waktu luang dengan Sholat dluha, silaturahmi dengan keluarga klien.

Ciri yang ketiga, terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang agung. Konon, pada abad pertengahan seorang musafir bertemu dengan dua orang pekerja yang sedang mengangkut batu-bata. Salah seorang di antara mereka bekerja dengan muka cemberut, masam, dan tampak kelelahan. Kawannya justru
bekerja dengan ceria, gembira, penuh semangat. Ia tampak tidak kecapaian. Kepada keduanya ditanyakan pertanyaan yang sama, “Apa yang sedang Anda kerjakan?” Yang cemberut menjawab, “Saya sedang menumpuk batu.” Yang ceria berkata, “Saya sedang membangun menara mesjid!” Yang kedua telah mengangkat pekerjaan “menumpuk bata” pada dataran makna yang lebih luhur.

“The fifth and final component of spiritual intelligence refers to the capacity to engage in virtuous behavior: to show forgiveness, to express gratitude, to be humble, to display compassion and wisdom,” tulis Emmons. Memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan terimakasih, bersikap rendah hati, menunjukkan kasih sayang dan kearifan, hanyalah sebagian dari kebajikan. Karakteristik terakhir ini mungkin disimpulkan dalam sabda nabi Muhammad saw, “Amal paling utama ialah engkau masukkan rasa bahagia pada sesama manusia.”

BAGAIMANA MENINGKATKAN SQ 
Jadilah suri tauladan spiritual. Orang tua atau guru yang bermaksud mengembangkan SQ anak haruslah seseorang yang sudah mengalami kesadaran spiritual juga. Ia sudah “mengakses” sumber-sumber spiritual untuk mengembangkan dirinya. Seperti disebutkan di atas yakni karakteristik orang yang cerdas secara spiritual, ia harus dapat merasakan kehadiran dan peranan Tuhan dalam hidupnya. “Spiritual intelligence is the faculty of our non-material dimension- the human soul,” kata Khalil Khavari. Ia harus sudah menemukan makna hidupnya dan mengalami hidup yang bermakna. Ia tampak pada orang-orang di sekitarnya sebagai “orang yang berjalan dengan membawa cahaya.” (Al-Quran 6:122) 

Ia tahu ke mana ia harus mengarahkan bahteranya. Ia pun menunjukkan tetap bahagia di tengah taufan dan badai yang melandanya. “Spiritual intelligence empowers us to be happy in spite of circumstances and not because of them,” masih kata Khavari. Bayangkalah masa kecil kita dahulu. Betapa banyaknya perilaku kita terilhami oleh orang-orang yang sekarang kita kenal sebagai orang yang ber SQ tinggi. Dan orang-orang itu boleh jadi orang-tua kita, atau guru kita, atau orang-orang kecil di sekitar kita.

Baca Kitab Suci. Setiap agama pasti punya kitab suci. Begitu keterangan guru-guru kita. Tetapi tidak setiap orang menyediakan waktu khusus untuk memperbincangkan kitab suci dengan klien atau anak-anaknya. Di antara pemikir besar islam, yang memasukkan kembali dimensi ruhaniah ke dalam khazanah pemikiran Islam, adalah Dari Muhammad Iqbal. Walaupun ia dibesarkan dalam tradisi intelektual barat, ia melakukan pengembaraan ruhaniah bersama Jalaluddin Rumi dan tokoh-tokoh sufi lainnya. Boleh jadi, yang membawa Iqbal ke situ adalah pengalaman masa kecilnya.
Setiap selesai salat Subuh, ia membaca Al-Quran. Pada suatu hari, bapaknya berkata, “Bacalah Al-Quran seakan-akan ia diturunkan untukmu!” Setelah itu, kata Iqbal, “aku merasakan Al-Quran seakan-akan berbicara kepadaku.”

Ceritakan kisah-kisah agung. Klien atau Anak-anak, bahkan orang dewasa, sangat terpengaruh dengan cerita. “Manusia,” kata Gerbner, “adalah satu-satunya makhluk yang suka bercerita dan hidup berdasarkan cerita yang dipercayainya.” Para Nabi mengajar umatnya dengan parabel atau kisah perumpamaan. Para sufi seperti Al-‘Attar, Rumi, Sa’di mengajarkan kearifan perenial dengan cerita. Sekarang Jack Canfield memberikan inspirasi pada jutaan orang melalui Chicken Soup-nya. Kita tidak akan kekurangan cerita luhur, bila kita bersedia menerima cerita itu dari semua sumber.

Diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah. Melihat dari perspektif ruhaniah artinya memberikan makna dengan merujuk pada Rencana Agung Ilahi (divine grand Design). Mengapa hidup kita menderita? Kita sedang diuji Tuhan. Dengan mengutip Rumi secara bebas, katakan kepada anak kita bahwa bunga mawar di taman bunga hanya mekar setelah langit menangis. Anak kecil tahu bahwa ia hanya akan memperoleh air susu dari dada ibunya setelah menangis. Penderitaan adalah cara Tuhan untuk membuat kita menangis. Menangislah supaya Sang Maha Agung memberikan susu keabadian kepadamu. Mengapa kita bahagia? Perhatikan bagaimana Tuhan selalu mengasihi kita, berkhidmat melayani keperluan kita, bahkan jauh sebelum kita dapat menyebut asma-Nya.

Libatkan klien, keluaraga atau anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan. Kegiatan agama adalah cara praktis untuk “tune in” dengan Sumber dari Segala Kekuatan. Ambillah bola lampu listrik di rumah Anda. Bahaslah bentuknya, strukturnya, komponen-komponennya, kekutan cahayanya, voltasenya, dan sebagainya. Anda pasti menggunakan sains. Kegiatan agama adalah kabel yang menghubungkan bola lampu itu dengan sumber cahaya. Sembahyang, dalam bentuk apa pun, mengangkat manusia dari pengalaman fisikal dan material ke pengalaman spiritual. Untuk itu, kegiatan keagamaan tidak boleh dilakukan dengan terlalu banyak menekankan hal-hal yang formal. Berikan kepada anak-anak kita makna batiniah dari setiap ritus yang kita lakukan. Sembahyang bukan sekedar kewajiban. Sembahyang adalah kehormatan untuk menghadap Dia yang Mahakasih dan Mahasayang!

Bacakan puisi-puisi, atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional. Seperti kita sebutkan di atas, manusia mempunyai dua fakultas –fakultas untuk mencerap hal-hal material dan fakultas untuk mencerap hal-hal spiritual. Kita punya mata lahir dan mata batin. Ketika kita berkata “masakan ini pahit”, kita sedang menggunakan indra lahiriah kita. Tetapi ketika kita berkata “keputusan ini pahit”, kita sedang menggunakan indra batiniah kita. Empati, cinta, kedamaian, keindahan hanya dapat dicerap dengan fakultas spiritual kita (Ini yang kita sebut sbg SQ). SQ harus dilatih. Salah satu cara melatih SQ ialah menyanyikan lagu-lagu ruhaniah atau membacakan puisi-puisi. Jika Plato berkata “pada sentuhan cinta semua orang menjadi pujangga”, kita dapat berkata “pada sentuhan puisi semua orang menjadi pecinta.”

Bawa klien, keluarga atau anak untuk menikmati keindahan alam. Teknologi moderen dan kehidupan urban membuat kita teralienasi dari alam. Kita tidak akrab lagi dengan alam. Setiap hari kita berhubungan dengan alam yang sudah dicemari, dimanipulasi, dirusak. Alam tampak di depan kita sebagai musuh setelah kita memusuhinya. Bawalah anak-anak kita kepada alam yang relatif belum banyak tercemari. Ajak mereka naik ke puncak gunung. Rasakan udara yang segar dan sejuk.
Dengarkan burung-burung yang berkicau dengan bebas. Hirup wewangian alami. Ajak mereka ke pantai. Rasakan angin yang menerpa tubuh. Celupkan kaki kita dan biarkan ombak kecil mengelus-elus jemarinya. Dan seterusnya. Kita harus menyediakan waktu khusus bersama mereka untuk menikmati ciptaan Tuhan, setelah setiap hari kita dipengapkan oleh ciptaan kita sendiri.

Bawa klien atau anak kita ke tempat-tempat orang yang menderita. Nabi Musa pernah berjumpa dengan Tuhan di Bukit Sinai. Setelah ia kembali ke kaumnya, ia merindukan pertemuan dengan Dia. Ia bermunajat, “Tuhanku, di mana bisa kutemui Engkau.” Tuhan berfirman, “Temuilah aku di tengah-tengah orang-orang yang hancur hatinya.” 

Ikut-sertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial. Saya teringat cerita nyata dari Canfield dalam Chicken Soup for the Teens. Ia bercerita tentang seorang anak yang “catatan kejahatannya lebih panjang dari tangannya.” Anak itu pemberang, pemberontak, dan ditakuti baik oleh guru maupun kawan-kawannya. Dalam sebuah acara perkemahan, pelatih memberikan tugas kepadanya untuk mengumpulkan makanan untuk disumbangkan bagi penduduk yang termiskin. Ia berhasil memimpin kawan-kawannya untuk mengumpulkan dan membagikan makanan dalam jumlah yang memecahkan rekor kegiatan sosial selama ini. Setelah makanan, mereka mengumpulkan selimut dan alat-alat rumah tangga. Dalam beberapa minggu saja, anak yang pemberang itu berubah menjadi anak yang lembut dan penuh kasih. Seperti dilahirkan kembali, ia menjadi anak yang baik rajin, penyayang, dan penuh tanggungjawab. 
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak. Sumber : Jalaluddin Rakhmat
http://www.muthahhari.or.id/doc/artikel/sqanak.htm

Readmore..

8 Multiple Intellegency Sebagai Ciri Orang Sukses

| | 1 komentar


Multiple Intellegency
Dr.  Howard  Gardner,  peneliti dari  Harvard,  pencetus  teori  Multiple  Intelligence mengajukan 8 jenis kecerdasan yang meliputi :
Cerdas Bahasa : cerdas dalam mengolah kata
Cerdas Gambar: memiliki imajinasi tinggi
Cerdas Musik :peka terhadap suara dan irama
Cerdas Tubuh : trampil dalam mengolah tubuh dan gerak
Cerdas Matematika dan Logika: cerdas dalam sains dan berhitung
Cerdas  Sosial  :kemampuan  tinggi  dalam  membaca  pikiran  dan  perasaan  orang       lain
Cerdas Diri : menyadari kekuatan dan kelemahan diri
Cerdas Alam : peka terhadap alam sekitar
Cerdas Spiritual :menyadari makna eksistensi diri dalam hubungannya dengan pencipta
alam semesta.

Delapan kecerdasan atau yang  lebih dikenal istilah kecerdasan jamak/majemuk (multiple intelligences)  ini merupakan pengembangan dari kecerdasan otak, emosional dan spiritual. Kecerdasan jamak/majemuk  pada saat  ada yang  menggolongkan dalam delapan jenis yaitu: kecerdasan linguistik, logika-matematika, spasial, kinestetik tubuh, musikal, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
Kecerdasan majemuk tersebut
1.  Kecerdasan linguistik mencakup kemampuan membaca, menulis, berbicara dan mengerti  urutan   serta   artinya. Juga   kemampuan      merefleksikan   pikiran dan perasaan dalam kata-kata.
2.  Logika matematika berhubungan dengan kemampuan menganalisa sebab-akibat dan pemikiran deduktif-induktif. Mencakup kemampuan melakukan perhitungan matematika dan penggunaan sistem bilangan abstrak.
3.  Kecerdasan gerak merupakan kemampuan mengekspresikan ide dan perasaan dalam gerakan tubuh. Kecerdasan ini dimiliki penari dan atlet, atau orang-orang yang  menggunakan      koordinasi  tubuhnya,   dan  mampu    mengontrol    gerakan-gerakannya itu.
4.  Kecerdasan spasial  umumnya dimiliki oleh para  pelukis, pemahat, arsitek, dan pilot. Kecerdasan ini melibatkan imajinasi aktif yang membuat seseorang mampu mempersepsikan warna, garis dan luas serta menetapkan arah dengan tepat.
5.  Kecerdasan    musik   melibatkan   sensivitas  terhadap   bunyi  dan   ritme,  serta digunakan untuk mengenali, meniru, menghasilkan maupun menciptakan musik.
6.  Kecerdasan    interpersonal adalah   kemampuan  seseorang      untuk  berelasi  dan berkomunikasi, serta memahami maksud orang lain.
7.  Kecerdasan  intrapersonal  merupakan  kemampuan seseorang  untuk  mengenalidan mengembangkan potensi, serta mengekspresikan dirinya.
8.  Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami sifat-sifat alam.  Kecerdasan    ini dibutuhkan   oleh  ahli biologi, ahli binatang,  ahlitanaman maupun petani.

Selama  ini, yang  namanya     “kecerdasan”  senantiasa    dikonotasikan dengan Kecerdasan Intelektual” atau yang lazim dikenal sebagai IQ saja (Intelligence Quotient). Namun  pada  saat    ini,  anggapan  bahwa   kecerdasan  manusia     hanya  tertumpu  pada dimensi intelektual saja sudah tidak berlaku lagi. Selain IQ, manusia juga masih memiliki dimensi   kecerdasan    lainnya, diantaranya   yaitu  : Kecerdasan    Emosional   atau   EQ (Emotional Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ (Spiritual Quotient).
Memasuki  abad  21,  legenda  IQ  (Intelligence  Quotient)  sebagai satu-satunya tolok ukur  kecerdasan  yang  juga  sering   dijadikan  parameter  keberhasilan  manusia, digugurkan   oleh   munculnya    konsep   Kecerdasan     Emosional   atau   EQ   (Emotional Quotient)  dan  Kecerdasan Spiritual atau  SQ  (Spiritual  Quotient).  

Menurut   hasil  penelitian,  setidaknya  75%  kesuksesan  manusia  lebih  ditentukan  oleh kecerdasan emosionalnya (EQ) dan hanya 4% - 20% yang ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya (IQ).
Gay Hendrick, PhD dan Kate Ludeman, PhD, keduanya konsultan manajemen senior, mengadakan sebuah penelitian pada 800-an manajer perusahaan yang mereka tangani selama 25 tahun. Dari hasil penelitian disimpulkan, bahwa para pemimpin yang sukses ternyata lebih mengamalkan nilai-nilai rohaniah atau nilai-nilai sufistik ketimbang mengedepankan      sisi intelektual semata.    Menggunakan     ungkapan     Howard   Gardner, kecerdasan     emosi   terdiri dari  beberapa    kecakapan,     diantaranya   :  intrapersonal intelligence  dan    interpersonal   intellegence.   Intrapersonal   intelligence  merupakan kecakapan mengenali perasaan kita sendiri yang terdiri dari:
Pertama; kesadaran diri meliputi : keadaan emosi diri, penilaian pribadi dan percaya diri.
Kedua; pengaturan diri meliputi  : pengendalian diri, dapat  dipercaya, waspada  adaptif dan inovatif.
Ketiga; motivasi meliputi : dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis.

Sedangkan     interpersonal   intelligence  merupakan    kecakapan     berhubungan dengan orang lain yang terdiri dari :
Pertama; empati  meliputi  : memahami orang  lain, pelayanan,  mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis
Kedua; ketrampilan sosial  meliputi  : pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan koperasi serta  kerja
team.Sumber http://www.mail archive.com/formiskat@groups.plnkalbar.co.id/msg00083.

Studi  terhadap  orang-orang  yang     sangat  sukses   menujukkan  bahwa      mereka juga  memiliki  ciri-ciri  lain  yang menonjol.  Pertama,  mereka   mempunyai  mimpi  yang besar, tujuan yang jelas, dan teguh memegang mimpinya tersebut. Kedua, mereka tidak bekerja sendirian, mereka  mampu memanfaatkan kekuatan yang  ada di dalam dirinya maupun  di  sekeliling  dirinya. Jadi,  mereka  mengembangkan  dua  kecerdasan  lainnya
sebagai pelengkap dari IQ-EQ-SQ. Mereka mengembangkan kecerdasan yang disebut Kecerdasan     Aspirasi  (Aspiration   Intelligence), dan   Kecerdasan     Kekuatan    (Power Intelligence).  Ternyata  para  orang  sukses  mengembangkan  lima  kecerdasan  dengan seimbang! Kelima kecerdasan ini kita sebut  Kecerdasan SEPIA  (Spiritual - Emotional - Power - Intellectual - Aspiration).

Readmore..

Apakah Emotional Intelligence Itu ?

| | 1 komentar

Emotional Intellegence
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan, dan  mengelola  emosi,  baik  emosi  dirinya  sendiri  maupun  emosi  orang  lain,  dengan tindakan  konstruktif,  yang  berupaya  bekerja  sama  sebagai  tim  yang     mengacu  pada produktivitas   dan    bukan     pada    konflik.  Sumber:Ge      Mozaik,    tersedia   dalam http://ganeca.blogspirit.com. Juni 2005.

        Kecerdasan    emosional  yaitu   kemampuan      mengenali   emosi  diri,  kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan     kemampuan        membina       hubungan.      Sumber:      Seto     Mulyadi     dalam http://www.pelita.or.id/baca.php?id=16965

        Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta  kemampuan  untuk  memotivasi  diri  sendiri  dan  bertahan  menghadapi  frustrasi, kesanggupan  untuk  mengendalikan  dorongan  hati  dan  emosi,  tidak  melebih-lebihkan kesenangan,     mengatur     suasana    hati   dan   menjaga     agar   beban    stress   tidak melumpuhkan      kemampuan      berpikir, untuk  membaca     perasaan  terdalam    orang   lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin.
Sumber : Johanes Pap, EQ dalam Kepemimpinan melalui http//www: Team e-psikologi.
        Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya saat  menghadapi     situasi yang   menyenangkan      maupun    menyakitkan.   Orang    yang memiliki   kecerdasan    emosional    tinggi, mampu     mengendalikan     emosinya    dalam berkomunikasi.      Sumber:     Jabatan      Tinggi    EQ     Rendah      tersedia    dalam http://blogs.netindonesia.net/sarah/
        Kecerdasan  emosional  adalah  kemampuan  mengenali  emosi  diri         merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi   itu muncul,   dan  ia mampu     mengenali   emosinya   sendiri  apabila  ia memiliki kepekaan    yang   tinggi atas  perasaan    mereka   yang   sesungguhnya     dan   kemudian mengambil  keputusan-keputusan  secara       mantap.   Dalam   hal  ini,  sikap  yang diambil dalam  menentukan  berbagai  pilihan seperti  memilih sekolah, sahabat, profesi sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
        Kemampuan      mengelola    emosi    merupakan     kemampuan      seseorang    untuk mengendalikan     perasaannya    sendiri  sehingga   tidak  meledak    dan  akhirnya   dapat mempengaruhi     perilakunya   secara  wajar.  Misalnya   seseorang   yang   sedang   marah maka  kemarahan  itu tetap  dapat  dikendalikan  secara  baik  tanpa  harus  menimbulkan akibat  yang   akhirnya  disesali  di kemudian    hari. Sumber:Aspek-aspek      Kecerdasan Emosi, tersedia dalam http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/30/.
        Secara sederhana  emotional intelligence adalah kemampuan merasakan.  Dan cara meningkatkan ini adalah dengan berpraktik. Kalau kita ingin merasakan manisnya gula, ya  lidah kita  harus  mencicipi beberapa  butir gula.  EQ  kita tidak akan  meningkat kalau  hanya  melihat  gula  dan  kemudian  memikirkan tentang  manisnya  gula.  Masalah berpraktik  atau  berlatih secara   nyata  ini akan   terlihat urgen  manakala    kita harus merasakan penderitaan orang lain. Sumber : emosi dan pembelajaran,           tersedia dalam http://www.mizan.com/portal/template/BacaArtikel/kodeart/930
        Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi (Emotional Intellegence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan   baik  pada   diri sendiri  dan  dalam  hubungan  dengan     orang   lain.
Sumber   :http://www.mail-archive.com/formiskat@groups.plnkalbar.co.id/msg00083.html.
       
       
BAGAIMANA CIRI  ORANG YANG MEMILIKI EMOTIONAL INTELLIGENCE ?
        Dr. Stanley dalam karyanya  The Millionaire Next Door yang berisi penelitiannya terhadap  para  milyuner  di  Amerika  menunjukkan  bahwa  para  orang  sukses  memiliki kecerdasan yang cukup baik. Para milyuner yang diteliti berasal dari berbagai kalangan seperti kontraktor  las, penjual  barang  bekas, petani, pembasmi  hama,  hingga  penjual koin.  Yang  jelas,  mereka   mempunyai  satu  kesamaan  yaitu  sangat       merdeka  secara finansial. Kebanyakan     mereka   hidup   relatif sederhana  dibandingkan  dengan  jumlah
kekayaannya.  Mobil  mereka  seperti  rata-rata  milik  orang  kebanyakan,  rumah  mereka berada    di  perumahan     orang   kebanyakan.     Mereka    juga   bergaul   dengan    orang kebanyakan.  Sebagian  besar  dari  mereka  tidak  suka  tampil  di  depan  publik.  Mereka rata-rata  bersekolah  dengan  baik.    Kalaupun  putus    sekolah,  itu  dikarenakan  kondisi ekonomi keluarga, bukan karena mereka tidak cerdas.
        Jadi  para  milyuner  ini  memiliki  kecerdasan  intelektual,  IQ,  yang  baik.  Mereka juga  adalah   orang-orang    yang   tangguh,   ulet,  sabar,  mampu     mengendalikan     diri, bermasyarakat  dengan  baik,  memiliki  keluarga  harmonis, dan  berbagai  hal  lain  yang menjadi  bukti  bahwa  mereka  memiliki  kecerdasan  emosional,  EQ, yang  baik.  Semua dari mereka juga setuju bahwa kehidupan spiritual, pelayanan, dan sedekah adalah hal yang sangat penting. Kebanyakan dari mereka menyumbangkan penghasilan 10 persen atau lebih dari pendapatan kotor.
        Dalam  Riset  tersebut, para  milyuner  meyakini Tuhan sebagai sumber  pemberi rizki,  sebagai  pendamping    yang  tidak  kelihatan,  atau  sering disebut   sebagai   "silent partner". Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kecerdasan spiritual, SQ yang sangat baik.
        Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan dapat dikenali melalui lima komponen dasar, yaitu  sebagai berikut :

Self-awarenes (pengenalandiri)
Mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut. Jadi, dia  mampu mengevaluasi     dirinya  sendiri dan   mendapatkan      informasi  untuk   melakukan    suatu tindakan.

Self-regulation (penguasaan diri)
Seseorang  yang  mempunyai  pengenalan  diri  yang  baik  dapat        lebih  terkontrol  dalam membuat  tindakan  agar  lebih  hati-hati.  Dia  juga  akan  berusaha  untuk  tidak  impulsif. Akan tetapi, perlu diingat, hal ini bukan berarti bahwa orang tersebut  menyembunyikan emosinya melainkan memilih untuk tidak diatur oleh emosinya.

Self-motivation (motivasi diri)
Ketika  sesuatu   berjalan  tidak  sesuai  dengan   rencana,  seseorang     yang  mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak  akan  bertanya  “Apa  yang  salah dengan saya  atau kita?”. Sebaliknya ia bertanya “Apa yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?”.

Empathy (empati)
Kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apa yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi tersebut.

Effective Relationship (hubungan yang efektif)
Dengan adanya empat  kemampuan tersebut, seseorang  dapat  berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih ditekankan  dan  bukan  pada   konfrontasi  yang  tidak  penting  yang   sebenarnya  dapat dihindari. Orang    yang   mempunyai     kemampuan     intelegensia   emosional   yang   tinggi mempunyai tujuan yang konstruktif dalam pikirannya.
BAGAIMANA CARA MENINGKATKAN EQ ?
        Menurut  Daniel  Goleman  terdapat  5  (lima)  dimensi  EQ  yang  keseluruhannya diturunkan menjadi 25 kompetensi. Apabila kita  menguasai cukup 6  (enam) atau lebih kompetensi    yang   menyebar    pada   ke-lima  dimensi   EQ   tersebut, akan   membuat seseorang menjadi profesional yang handal.

Dimensi  pertama  adalah  self  awareness,  artinya  mengetahui  keadaan dalam  diri,  hal yang  lebih disukai, dan intuisi. Kompentensi dalam dimensi pertama adalah mengenali emosi   sendiri, mengetahui    kekuatan   dan   keterbatasan   diri, dan  keyakinan   akan kemampuan sendiri.

Dimensi kedua adalah self regulation, artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru.

Dimensi ketiga adalah motivation, artinya dorongan yang  membimbing atau membantu peraihan   sasaran   atau   tujuan.  Kompetensi    dimensi   ketiga  adalah   dorongan    untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk  memanfaatkan  kesempatan,  dan  kegigihan  dalam  memperjuangkan  kegagalan dan hambatan.

Dimensi  keempat  adalah empathy, yaitu  kesadaran akan  perasaan, kepentingan, dan keprihatinan  orang.   Dimensi  ke-empat     terdiri  dari  kompetensi  understanding   others, developing   others,  customer    service,  menciptakan    kesempatan-kesempatan        melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok.

Dimensi  kelima  adalah  social  skills,  artinya  kemahiran  dalam  menggugah  tanggapan yang    dikehendaki    oleh   orang   lain.  Diantaranya     adalah   kemampuan       persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta team building.


Readmore..
 

Pengikut

© Copyright 2011 All rights reserved | www.intuisibisnis.com is proudly powered by INTUISI BISNIS KREATIVITAS VISION | Template by o-om.com - PRAYA URIP Store