Apakah Emotional Intelligence Itu ?

Apakah Emotional Intelligence Itu ?

| | 1 komentar

Emotional Intellegence
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan, dan  mengelola  emosi,  baik  emosi  dirinya  sendiri  maupun  emosi  orang  lain,  dengan tindakan  konstruktif,  yang  berupaya  bekerja  sama  sebagai  tim  yang     mengacu  pada produktivitas   dan    bukan     pada    konflik.  Sumber:Ge      Mozaik,    tersedia   dalam http://ganeca.blogspirit.com. Juni 2005.

        Kecerdasan    emosional  yaitu   kemampuan      mengenali   emosi  diri,  kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain dan     kemampuan        membina       hubungan.      Sumber:      Seto     Mulyadi     dalam http://www.pelita.or.id/baca.php?id=16965

        Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta  kemampuan  untuk  memotivasi  diri  sendiri  dan  bertahan  menghadapi  frustrasi, kesanggupan  untuk  mengendalikan  dorongan  hati  dan  emosi,  tidak  melebih-lebihkan kesenangan,     mengatur     suasana    hati   dan   menjaga     agar   beban    stress   tidak melumpuhkan      kemampuan      berpikir, untuk  membaca     perasaan  terdalam    orang   lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin.
Sumber : Johanes Pap, EQ dalam Kepemimpinan melalui http//www: Team e-psikologi.
        Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya saat  menghadapi     situasi yang   menyenangkan      maupun    menyakitkan.   Orang    yang memiliki   kecerdasan    emosional    tinggi, mampu     mengendalikan     emosinya    dalam berkomunikasi.      Sumber:     Jabatan      Tinggi    EQ     Rendah      tersedia    dalam http://blogs.netindonesia.net/sarah/
        Kecerdasan  emosional  adalah  kemampuan  mengenali  emosi  diri         merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi   itu muncul,   dan  ia mampu     mengenali   emosinya   sendiri  apabila  ia memiliki kepekaan    yang   tinggi atas  perasaan    mereka   yang   sesungguhnya     dan   kemudian mengambil  keputusan-keputusan  secara       mantap.   Dalam   hal  ini,  sikap  yang diambil dalam  menentukan  berbagai  pilihan seperti  memilih sekolah, sahabat, profesi sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
        Kemampuan      mengelola    emosi    merupakan     kemampuan      seseorang    untuk mengendalikan     perasaannya    sendiri  sehingga   tidak  meledak    dan  akhirnya   dapat mempengaruhi     perilakunya   secara  wajar.  Misalnya   seseorang   yang   sedang   marah maka  kemarahan  itu tetap  dapat  dikendalikan  secara  baik  tanpa  harus  menimbulkan akibat  yang   akhirnya  disesali  di kemudian    hari. Sumber:Aspek-aspek      Kecerdasan Emosi, tersedia dalam http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/30/.
        Secara sederhana  emotional intelligence adalah kemampuan merasakan.  Dan cara meningkatkan ini adalah dengan berpraktik. Kalau kita ingin merasakan manisnya gula, ya  lidah kita  harus  mencicipi beberapa  butir gula.  EQ  kita tidak akan  meningkat kalau  hanya  melihat  gula  dan  kemudian  memikirkan tentang  manisnya  gula.  Masalah berpraktik  atau  berlatih secara   nyata  ini akan   terlihat urgen  manakala    kita harus merasakan penderitaan orang lain. Sumber : emosi dan pembelajaran,           tersedia dalam http://www.mizan.com/portal/template/BacaArtikel/kodeart/930
        Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi (Emotional Intellegence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan   baik  pada   diri sendiri  dan  dalam  hubungan  dengan     orang   lain.
Sumber   :http://www.mail-archive.com/formiskat@groups.plnkalbar.co.id/msg00083.html.
       
       
BAGAIMANA CIRI  ORANG YANG MEMILIKI EMOTIONAL INTELLIGENCE ?
        Dr. Stanley dalam karyanya  The Millionaire Next Door yang berisi penelitiannya terhadap  para  milyuner  di  Amerika  menunjukkan  bahwa  para  orang  sukses  memiliki kecerdasan yang cukup baik. Para milyuner yang diteliti berasal dari berbagai kalangan seperti kontraktor  las, penjual  barang  bekas, petani, pembasmi  hama,  hingga  penjual koin.  Yang  jelas,  mereka   mempunyai  satu  kesamaan  yaitu  sangat       merdeka  secara finansial. Kebanyakan     mereka   hidup   relatif sederhana  dibandingkan  dengan  jumlah
kekayaannya.  Mobil  mereka  seperti  rata-rata  milik  orang  kebanyakan,  rumah  mereka berada    di  perumahan     orang   kebanyakan.     Mereka    juga   bergaul   dengan    orang kebanyakan.  Sebagian  besar  dari  mereka  tidak  suka  tampil  di  depan  publik.  Mereka rata-rata  bersekolah  dengan  baik.    Kalaupun  putus    sekolah,  itu  dikarenakan  kondisi ekonomi keluarga, bukan karena mereka tidak cerdas.
        Jadi  para  milyuner  ini  memiliki  kecerdasan  intelektual,  IQ,  yang  baik.  Mereka juga  adalah   orang-orang    yang   tangguh,   ulet,  sabar,  mampu     mengendalikan     diri, bermasyarakat  dengan  baik,  memiliki  keluarga  harmonis, dan  berbagai  hal  lain  yang menjadi  bukti  bahwa  mereka  memiliki  kecerdasan  emosional,  EQ, yang  baik.  Semua dari mereka juga setuju bahwa kehidupan spiritual, pelayanan, dan sedekah adalah hal yang sangat penting. Kebanyakan dari mereka menyumbangkan penghasilan 10 persen atau lebih dari pendapatan kotor.
        Dalam  Riset  tersebut, para  milyuner  meyakini Tuhan sebagai sumber  pemberi rizki,  sebagai  pendamping    yang  tidak  kelihatan,  atau  sering disebut   sebagai   "silent partner". Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kecerdasan spiritual, SQ yang sangat baik.
        Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik akan dapat dikenali melalui lima komponen dasar, yaitu  sebagai berikut :

Self-awarenes (pengenalandiri)
Mampu mengenali emosi dan penyebab dari pemicu emosi tersebut. Jadi, dia  mampu mengevaluasi     dirinya  sendiri dan   mendapatkan      informasi  untuk   melakukan    suatu tindakan.

Self-regulation (penguasaan diri)
Seseorang  yang  mempunyai  pengenalan  diri  yang  baik  dapat        lebih  terkontrol  dalam membuat  tindakan  agar  lebih  hati-hati.  Dia  juga  akan  berusaha  untuk  tidak  impulsif. Akan tetapi, perlu diingat, hal ini bukan berarti bahwa orang tersebut  menyembunyikan emosinya melainkan memilih untuk tidak diatur oleh emosinya.

Self-motivation (motivasi diri)
Ketika  sesuatu   berjalan  tidak  sesuai  dengan   rencana,  seseorang     yang  mempunyai kecerdasan emosional tinggi tidak  akan  bertanya  “Apa  yang  salah dengan saya  atau kita?”. Sebaliknya ia bertanya “Apa yang dapat kita lakukan agar kita dapat memperbaiki masalah ini?”.

Empathy (empati)
Kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merasakan apa yang orang lain rasakan jika dirinya sendiri yang berada pada posisi tersebut.

Effective Relationship (hubungan yang efektif)
Dengan adanya empat  kemampuan tersebut, seseorang  dapat  berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama lebih ditekankan  dan  bukan  pada   konfrontasi  yang  tidak  penting  yang   sebenarnya  dapat dihindari. Orang    yang   mempunyai     kemampuan     intelegensia   emosional   yang   tinggi mempunyai tujuan yang konstruktif dalam pikirannya.
BAGAIMANA CARA MENINGKATKAN EQ ?
        Menurut  Daniel  Goleman  terdapat  5  (lima)  dimensi  EQ  yang  keseluruhannya diturunkan menjadi 25 kompetensi. Apabila kita  menguasai cukup 6  (enam) atau lebih kompetensi    yang   menyebar    pada   ke-lima  dimensi   EQ   tersebut, akan   membuat seseorang menjadi profesional yang handal.

Dimensi  pertama  adalah  self  awareness,  artinya  mengetahui  keadaan dalam  diri,  hal yang  lebih disukai, dan intuisi. Kompentensi dalam dimensi pertama adalah mengenali emosi   sendiri, mengetahui    kekuatan   dan   keterbatasan   diri, dan  keyakinan   akan kemampuan sendiri.

Dimensi kedua adalah self regulation, artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru.

Dimensi ketiga adalah motivation, artinya dorongan yang  membimbing atau membantu peraihan   sasaran   atau   tujuan.  Kompetensi    dimensi   ketiga  adalah   dorongan    untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk  memanfaatkan  kesempatan,  dan  kegigihan  dalam  memperjuangkan  kegagalan dan hambatan.

Dimensi  keempat  adalah empathy, yaitu  kesadaran akan  perasaan, kepentingan, dan keprihatinan  orang.   Dimensi  ke-empat     terdiri  dari  kompetensi  understanding   others, developing   others,  customer    service,  menciptakan    kesempatan-kesempatan        melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok.

Dimensi  kelima  adalah  social  skills,  artinya  kemahiran  dalam  menggugah  tanggapan yang    dikehendaki    oleh   orang   lain.  Diantaranya     adalah   kemampuan       persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta team building.


1 komentar :

apsara villa mengatakan...

kecerdasan emosional sangat penting dalam mengarungi dunia bisnis..

Posting Komentar

Blog ini Dofollow, Jika Anda suka, klik salah satu iklan. Jika tidak sempat, terima kasih atas kunjungannya.

 

Pengikut

© Copyright 2011 All rights reserved | www.intuisibisnis.com is proudly powered by INTUISI BISNIS KREATIVITAS VISION | Template by o-om.com - PRAYA URIP Store